Tren Bersosial Media Saat Bekerja

Tren Bersosial Media Saat Bekerja. Menjelang akhir tahun 2012 ini, terlihat bahwa jumlah pekerja di Indonesia dengan berbagai rentang umur semakin meningkat dalam satu dekade terakhir.

Saat ini keberagaman dan perbedaan tenaga kerja berdasarkan umur dibagi menjadi empat generasi. Mulai dari generasi Builders (lahir sebelum tahun 1945), generasi Baby Boomers (lahir antara tahun 1945-1964), generasi X (lahir antara tahun 1965-1979) dan generasi Y (lahir antara tahun 1980-1993).

Menurut Badan Pusat Statistik di Indonesia (2010), jumlah populasi penduduk Indonesia dari generasi Y (19-30 tahun) berjumlah 60 juta orang, generasi X ada sekitar 65 juta orang dan generasi Baby Boomers mencapai angka 20 juta orang.





Situasi kerja dengan tenaga kerja yang lintas generasi juga telah menghasilkan tren seperti Bring-Your-Own-Device (BYOD) dan komputasi sosial media di tempat kerja, hal ini banyak didorong oleh generasi Y yang dikenal sebagai IT-savvy.

Sebagai kelompok yang sedang berkembang, ketika generasi Y bergabung dengan dunia kerja, kita bisa berharap akan kelahiran tren-tren baru. Penelitian oleh IDC menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2012 ini, 40% pekerja di Asia Pacific diperkirakan bekerja secara mobile.

Dengan demikian perusahaan tidak akan memiliki pilihan lain kecuali merangkul perubahan dalam perilaku karyawan yang mengadopsi tren tersebut sembari memastikan akses dan informasi bisnis perusahaan tetap aman.

Sebagai sebuah negara besar yang terdiri dari 17.508 pulau, 33 provinsi, dan 245 juta jiwa (pada 2011), Indonesia memiliki jumlah tertinggi sebagai pengguna internet di Asia Tenggara. Penggunaan internet telah mencapai 55 juta (IDC, 2011) dengan penetrasi tinggi pada mobile internet melalui ponsel dan tablet.

Indonesia adalah salah satu negara yang menggunakan sosial media tertinggi di dunia dengan 51 juta pengguna Facebook dan 21 juta pengguna Twitter.

Salingsilang.com, sebuah perusahaan riset digital Indonesia memperkirakan bahwa Indonesia dapat mencapai 100 juta pengguna untuk media sosial pada 2014 mendatang.

Angka itu akhirnya menunjukkan pada peningkatan mobilitas dan penggunaan social media yang tinggi di tempat bekerja, ini memungkinkan karyawan untuk bekerja dari jarak jauh. Meski banyak perusahaan, terutama pemimpin di level tertinggi merasa perlu untuk mengukur kembali penggunaan social media di tempat bekerja.

Menurut survei 2012 yang telah dilakukan oleh Kelly Global, tenaga kerja Index (KGWI) di Indonesia, 47 persen generasi-Y (Usia 19-30) menerima penggunaan sosial media untuk bekerja di tempat kerja, dibandingkan dengan 41 persen dari generasi X (umur 31-48) dan 33 persen dari generasi Baby Boomers.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa generasi Baby Boomers, terlihat memiliki banyak pengalaman, punya waktu untuk membangun hubungan yang akrab dengan pelanggan, dan signifikansi manajemen kehadirandan kemampuan kepemimpinan.

Mereka juga sangat stabil dalam gaya kerja dan cenderung tetap saja fokus bekerja meskipun terjadi perubahan eksternal atau tekanan. Pekerja generasi Y, di sisi lain, memiliki stereotip yang sangat agresif, energik dan antusias, dan mobile dengan akses sosial media mereka.

Sedangkan kualitas kepemimpinan dan pemikiran tunggal generasi Baby Boomers memiliki karakteristik yang dapat membantu perusahaan mencapai tujuan bisnis. Antusiasme Generasi Y dan kemampuan untuk bereaksi dengan cepat dapat melengkapi atribut ini.

Kenyataannya adalah bahwa ada banyak perubahan pada hari ini, kelincahan, fleksibilitas dan responsif penyelamat kualitas bahwa generasi Y dapat mewujudkan dan mengaktifkan bisnis untuk tetap menyesuaikan perubahan ini dan sesuai.

Karenanya akankah Anda dilarang bersosial media saat bekerja. Perusahaan tidak cukup hanya membuat peraturan namun yang penting adalah bagaimana perusahaan dapat melatih dan memfasilitasi karyawan untuk menggunakan sosial media dengan cerdas.

Yang paling utama adalah bahwa Anda sebagai karyawan harus bisa membedakan mana yang harus diposting dan mana yang tidak perlu, terutama tentang bisnis perusahaan. Namun, sama pentingnya ialah peraturan yang berkaitan dalam interaksi ini.

Kelompok manajemen perlu mendidik karyawan pada penggunaan yang tepat dari perangkat mobile dan social media di tempat dia bekerja. Tugas praktisi HR di perusahaan tidak hanya membincangkan polemik sosial media di kantornya saja, namun mereka harus bisa mendorong karyawan sehingga kegiatan mereka di social media lebih efektif dan bermakna bagi perusahaan.

Keragaman tenaga kerja dapat menyajikan beberapa tantangan HR saat ini. Tetapi dengan strategi yang tepat, kebijakan, dan alat-alat di tempat, organisasi dapat melihat inovasi yang lebih hebat.

Termasuk peningkatan produktivitas yang dihasilkan dari berbagai keahlian dan karakteristik dari kelompok generasi yang berbeda tersebut. Semua itu pada akhirnya akan mengarah ke pengembangan bakat dan sukses bisnis secara keseluruhan.